Friday, October 13, 2006

Gagal Sekali Lagi.

“Ada tiket menuju ke puncak?” suara nyaring konduktor bertanya.
“Ada.”
“Oh... tiket ini tidak melayakkan kamu ke puncak!” suara sinis si konduktor menerjah-nerjah gegendang telinga

Hari ini dia ketinggalan lagi
Platfom 1 itu sudah tertutup
Hari ini sama seperti semalam
Dia ketinggalan bas menuju ke puncak
Diam-diam dia menangis
Tiada siapa yang tahu

Sepasang mata bundar putera dan puteri
Jernih menatap naif
Tangan-tangan halus menarik-narik manja
Menagih seribu harapan
Yang semakin pudar

Kali ini dia melangkah
Menjauh dari platfom 1
Pergi sebagai petualang yang meresahkan
Sambil memimpin putera dan puteri

Kaki kanan memulakan langkah
Bismillahirrahmanirrahim
Semoga di platfom 2 masih ada kekosongan

Dia percaya
Jalan menuju puncak masih terbuka
Sepasang mata bundar putera dan puteri
Jernih menatap naif
Penuh pengharapan


Tuesday, October 10, 2006

Hubaya-hubaya

Jangan dekati bom berangkai itu.
Jangan cari nahas!
Ia bakal meledak bila-bila masa.
Sumpah!
Bom berangkai itu tidak akan kudekati lagi.
Aku serik!
Tika pertama kali ia meledak di sisi ku,
Puing-puing kaca dan besi bertebaran,
Sipi-sipi merenggut degup nadi,
Dan semangatku hampir punah berderai.
Sumpah ia tidak mungkin kudekati lagi!